Kelemahan Sistem Perekonomian Kapitalis
PENDAHULUAN
Sistem kapitalis sebagai pengganti sistem komunis memberikan dampak yang sangat buruk bagi perkembangan perekonomian dunia. Kapitalis berasal dari kata capital, secara sederhana dapat diartikan sebagai 'modal'. Didalam sistem kapitalis, kekuasaan tertinggi dipegang oleh pemilik modal, dimana dalam perekonomian modern pemilik modal dalam suatu perusahaan merupakan para pemegang saham.
Pemegang saham sebagai pemegang kekuasaan tertinggi disebuah perusahaan akan melimpahkan kekuasaan tersebut kepada top manajemen yang diangkat melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Tidak jarang dalam suatu perusahaan pemegang saham terbesar atau mayoritas dapat merangkap sebagai top manajemen.
Hal ini secara tidak langsung akan meyebabkan top manajemen bekerja untuk kepentingan pemegang saham dan bukan untuk kepentingan karyawan atau buruh yang juga merupakan bagian dari perusahaan, karena mereka diangkat dan diberhentikan oleh pemegang saham melalui RUPS. Situasi ini akan mendorong top manajemen menjadikan karyawan atau buruh sebagai 'sapi perahan' dalam mencapai tujuannya, yang mana ini merupakan inti dari ilmu manajemen.
PEMBAHASAN
Kelemahan Sebagai Sistem Dalam Perusahaan Modern
Apa kepentingan pemegang saham? Jawabanya tentu saja keuntungan yang terus meningkat yang akan diikuti oleh meningkatnya harga saham dan dividen. Didalam sistem yang berlaku sekarang peningkatan keuntungan perusahaan hanya dapat dinikmati oleh para pemegang saham dan tidak mempunyai dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan karyawan atau buruh. Banyak perusahaan yang memperoleh keuntungan dan terus meningkat setiap bulan, triwulan, semester dan tahunan. Apakah peningkatan keuntungan ini akan diikuti oleh peningkatan atau kenaikan gaji karyawan atau buruh? Tentu saja jawabanya tidak. Apalagi di Indonesia, dimana kebanyakan karyawan dan buruh bukan merupakan pegawai tetap dan hanya dikontrak enam bulan atau setahun. Apakah mereka akan merasakan manfaat dari peningkatan keuntungan perusahaan? Sekali lagi tentu saja tidak.
Sistem kapitalis merupakan suatu sistem yang saling terintegrasi secara global. Dimana kejadian krisis disuatu perusahaan atau negara lainnya yang mempunyai keterkaitan secara lansung maupun tidak lansung dengan perusahaan atau negara kita, mau tidak mau sebagai bagian dari sistem kapitalis akan merasakan efek domino yang sangat berarti. Disatu sisi keuntungan yang mereka peroleh tidak akan memberikan dampak yang berarti, dengan kata lain efek kerugian yang diterima suatu masyarakat dengan sistem kapitalis tidak sebanding dengan efek keuntungan yang akan diterima.
Ilustrasi diatas menggambarkan bagaimana tidak adilnya sistem kapitalis memperlakukan pemegang saham dan karyawan atau buruh yang merupakan bagian dari suatu perusahaan. Keuntungan hanya dirasakan oleh pemegang saham, sedangkan kerugian akan dirasakan oleh semua bagian dari perusahaan, tidak terkecuali karyawan atau buruh. Lalu bagaimanakah sistem yang adil? sistem yang adil adalah menjadikan karyawan atau buruh sebagai pemegang saham tunggal. Secara perlahan sistem ini akan menjadikan satu perusahaan akan dimiliki dan oleh karyawan. Dalam hal ini masyarakat diluar bagian internal perusahaan dilarang memiliki saham perusahaan, hal ini secara tidak lansung akan mengurangi ketergantungan suatu perusahaan secara global karena jalur penghubung antara perusahaan dengan dunia luar secara global melalui kepemilikan saham sudah terputus.
Kelemahan Sebagai Sistem Dalam Lembaga Keuangan Perbankan
Kelemahan mendasar berikutnya dari sistem kapitalis adalah sistem bunga. Sistem kapitalis memposisikan uang sebagai sesuatu yang mempunyai nilai berdasarkan waktu, jadi uang akan mempunyai nilai yang berbeda karena perbedaan waktu. Keadaan ini akan memaksa lembaga keuangan khususnya perbankan memberikan pertolongan finansial dengan mengharapkan imbalan bunga, sehingga bunga dapat didefinisikan sebagai 'tiada pertolongan tanpa imbalan'.
Disadari atau tidak bunga merupakan salah satu faktor utama penyebab krisis moneter tahun 1997 dan krisis keuangan global saat ini. Semua instansi keuangan, baik bank maupun non bank menarik dana dari masyarakat dengan iming-iming bunga dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dengan memperoleh imbalan berupa bunga. Keserakahan akan mendorong lembaga keuangan untuk menyalurkan dana kepada pihak manapun secara besar-besaran, akibanya terjadi kredit macet yang berdampak besar terhadap lembaga itu sendiri. Di Indonesia ini terjadi sebelum krisis dan memacu terjadinya krisis moneter, sedangkan di Amerika Serikat ini memacu terjadinya krisis kredit perumahan yang menyebabkan terjadinya krisis keuangan global. Disatu sisi jika pemerintah atau bank sentral melakukan regulasi ketat akan berdampak buruk juga bagi perekonomian karena akan terjadi fenomena yang disebut credit crunch. Dimana lembaga keuangan enggan menyalurkan kredit karena regulasi ketat sehingga roda perekonomian tidak berjalan, khususnya sektor riil yang menyerap banyak tenaga kerja.
Bayangkan, suatu sistem yang memberikan alternatif 'maju kena mundur kena' inilah yang berlaku sekarang. Lalu apa solusinya? Solusinya tidak akan mudah, karena bukan pekerjaan mudah untuk merubah suatu sistem yang sudah berlaku berabad-abad lamanya. Secara perlahan dan pasti, sistem bunga dapat dihilangkan, langkah pertama pisahkan antara kredit konsumsi dan kredit produktif. Sebagai ganti bunga untuk kredit konsumsi dapat ditarik 'sumbangan' yang merupakan keikhlasan dari nasabah tanpa paksaan. Hal ini dapat terjadi jika dikomunikasikan dengan baik. Persoalnya, lembaga keuangan bukanlah yayasan yang hidup dari sumbangan dan ada cost of money, apakah cost of money dapat di-cover oleh 'sumbangan'? Tentu saja bisa! Komunikasi dua arah yang baik akan menjadikan kreditur dan debitur sebagai rekan kerja dan saling menguntungkan. Pengganti bunga dari kredit produktif tentu saja bagi hasil, seperti konsep perekonomian syariah.
Kelemahan Dalam Sistem Nilai Tukar
Sitem kapitalis sebagai suatu sistem yang mayoritas diterapkan dibanyak negara, termasuk Indonesia, menempatkan uang sebagai sesuatu nilai yang berbeda karena perbedaan waktu, tempat, kekuatan daya beli masyarakat, dan sebagainya. Perbedaan ini akan mendorong para spekulan untuk mengambil keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa peduli terhadap nasib orang banyak.
Pada umumnya terdapat dua sistem nilai tukar, yaitu sistem nilai tukar tetap dan sistem nilai tukar mengambang. Sistem nilai tukar tetap mengharuskan pemerintah memelihara cadangan devisa agar nilai tukar tetap stabil dan berada pada posisi yang diharapkan, sedangkan sistem nilai tukar mengambang, kekuatan permintaan dan penawaran di pasar valuta asing (valas) akan menentukan nilai suatu mata uang terhadaap mata uang lainnya.
Kedua sistem tersebut masih diterapkan dibeberapa negara. Sebenarnya Indonesia pada masa orde baru menggunakan sistem nilai tukar tetap, walaupun secara teori sistem yang digunakan adalah sistem nilai tukar mengambang terkendali, karena pemerintah menentukan batas atas dan batas bawah nilai tukar rupiah terhadap mata uang lainnya dan pemerintah dapat melakukan intervensi untuk mendorong nilai tukar rupiah keposisi yang diharapkan. Pasca krisis moneter, karena pemerintah melaui Bank Indonesia sudah tidak mampu melawan serangan para spekulan dan menjaga agar nilai tukar rupiah tetap stabil, mendorong Indonesia menerapkan sistem nilai tukar mengambang.
Kedua sistem tersebut memiliki kelemahan, karena nilai tukar suatu mata uang dapat digunakan oleh beberapa pihak yang tidak bertanggung jawab untuk memperoleh keuntungan, baik keuntungan secara ekonomi maupun non ekonomi, karena kedua sistem tersebut sangat rentan terhadap faktor-faktor diluar ekonomi yang tidak dapat dikendalikan oleh para pelaku ekonomi.
Sebagai contoh, suatu negara x menggunakan sistem nilai tukar tetap, pihak yang ingin meruntuhkan pemerintahan negara x dan memiliki finansial yang kuat dapat menyerang nilai tukar negara x dengan cara membeli mata uang asing dengan menggunakan mata uang negara x secara besar-besaran dan terus menerus, akibatnya pemerintahan negara x akan kesulitan mempertahankan nilai tukarnya pada posisi yang diharapkan, karena serangan pihak tersebut dilakukan secara mendadak dan terus menerus karena tujuannya untuk meruntuhkan pemerintahan negara x tersebut, sehingga cadangan devisa negara x tersebut lama kelamaan akan terkuras secara drastis atau bahkan habis dan minus karena sudah berhutang kenegara lain. Sejarah mencatat, fenomena ini menyebabkan Soeharto harus rela mundur dari kursi presiden Indonesia yang telah didudukinya selama 32 tahun.
Hal tersebut juga dapat berlaku terhadap negara yang menggunakan sistem nilai tukar mengambang, Ulah para spekulan yang memiliki finansial yang kuat dapat mendorong nilai tukar suatu mata uang keposisi yang mereka harapkan untuk memperoleh keuntungan. Misalnya, Indonesia dengan sistem nilai tukar mengambang, dan ada pihak yang ingin menciptakan kekacauan di Indonesia, dapat menggunakan rupiah untuk mewujudkan ambisinya tersebut dengan cara membeli dollar secara besar-besaran dan terus-menerus menggunakan rupiah yang akan mendorong rupiah melemah, dengan catatan pihak lain selaku pelaku di pasar valas mendukung hal ini, akibatnya BI akan kesulitan menjaga kestabilan nilai rupiah dan inflasi akan meningkat karena bahan baku yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa dibeli dalam dollar.
Peningkatan inflasi akan diikuti oleh peninggkatan suku bunga untuk menarik dana masyarakat melalui tabungan dan deposito guna mengurangi jumlah uang beredar dimasyarakat yang akan mengurangi laju inflasi dan mendorong rupiah keposisi yang diharapkan (rupiah menguat terhadap dollar). Disisi lain, peningkatan suku bunga akan menyebabkan pelaku ekonomi enggan untuk memohon kredit dan lebih cendrung untuk menginvestasikan dananya di bank, akibatnya sektor riil tidak berjalan, pengangguran tidak terserap, sehingga tingkat kriminalitas tinggi, kemiskinan meningkat, dan banyak lagi efek domino-nya.
PENUTUP
Apa solusi untuk ini semua? Jawabnya adalah kebersamaan, hilangkan keserakahan dan mau berbagi untuk kepentingan semua. Tahap awal yang bisa dilakukan mungkin dengan cara meniru Uni Eropa dengan memberlakukan satu mata uang tunggal, hal ini juga bisa dicoba untuk kawasan ASEAN, selanjutnya secara bertahap dikawasan Asia-Pasifik dan akhirnya dunia diharapkan dapat menggunakan mata uang tunggal. Selama ini, faktor utama yang menyebabkan perbedaan nilai uang suatu negara dengan negara lain, karena negara-negara maju dan kaya enggan untuk berbagi dengan negara miskin dan mengambil keuntungan dari sistem yang mereka ciptakan sendiri.
Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar